Senin, 19 Desember 2011

Pasokan Ahli Terapis Spa Masih Minim

(BISNIS INDONESIA, JAKARTA) Gencarnya pertumbuhan gerai spa dan tingginya permintaan tenaga terapis membuat industri spa kekurangan sumber daya manusia (SDM) ahli.
Yoyoh R. Tambera, Ketua I bidang Pengembangan Indonesian Spa Professional Association (Indspa), mengungkapkan ketersediaan terapis spa hanya memenuhi sekitar 25% dari kebutuhan pasar.
"Perbandingan antara pasokan dan kebutuhan tenaga terapis spa 14. Akibatnya hingga kini sering terjadi pembajakan tenaga terapis antarindustri spa," ujarnya pekan ini. Namun, dia menjelaskan belum ada data resmi tentang jumlah terapis spa, diperkirakan sekitar ribuan SDM ahli terapis. Yang jelas selalu terjadi penambahan gerai spa dari waktu ke waktu.
Dia menambahkan pada umumnya tenaga terapis berkembang dari salon, sehingga pengetahuan mereka akan ilmu spa masih minim. Menurut Yoyoh, banyak yang berpikir spa itu hanya massage. Sedikit yang mengerti bahwa spa ada ilmunya. "Terapis spa harus tahu nama setiap jenis gerakan dan fungsinya sebab kalau salah berbahaya, bisa terkilir bahkan stroke."
Salah satu penyebab keterbatasan terapis spa, imbuhnya, adalah masih minimnya lembaga pendidikan penghasil terapis spa. Di seluruh Indonesia, baru ada sekitar 30-40 sekolah khusus spa. Perkembangan sekolah spa terpusat di Jakarta dan Bali. Jumlah lulusan dari sekolah-sekolah itu belum cukup untuk memenuhi permintaan pasar.
"Untuk menyelenggarakan se-kolah kan perlu trainer. Ketersediaan trainer pun masih terbatas. Makanya kami juga menyelenggarakan training of trainer (TOT)," ujarnya. Selama 3 hari sejak 21-23 Juni 2010, sebanyak 100 terapis spa dari berbagai usaha komersial terapi-/perawatan spa di Indonesia mengikuti uji kompetensi spa. Sejak 2007- 2010 Indspa dan LSP Pariwisata sudah menyelenggarakan empat kali uji kompetensi profesional terapis spa di Medan, Balikpapan, Bali, dan Jakarta, dengan total 450 peserta.
Asosiasi akan terus melakukan penambahan ahli secara bertahap dengan harapan memenuhi kebutuhan tenaga terapis spa yang sesuai standar kerja kompetensi nasional Indonesia. Dia mengatakan industri spa tumbuh karena aktivitas pariwisata dan gaya hidup masyarakat. Di Bali, katanya, bisnis spa berkembang didorong tingginya aktivitas wisata.
Sementara itu, gaya hidup metropolitan mendorong bisnis ini tumbuh pesat di Jakarta. "Kami dapat memastikan sekitar 80% industri spa di Indonesia terpusat di Jakarta dan Bali. Dua kota itu jadi tujuan utama perjalanan orang. Secara kuantitas lebih banyak di Jakarta, namun di Bali lebih terpusat," katanya. Selain itu, lanjutnya, industri spa juga menunjukkan perkembangan positif di beberapa daerah antara lain Bandung, Balikpapan, Medan, Surabaya, Semarang, Yogyakarta, dan Makasar. Yayu Windarti, General Manager Gaya Spa, mengakui industri masih kesulitan mendapatkan tenaga terapis yang kompeten dan profesional kendati yang melamar banyak sekali. (02)
(Sumber:  http://bataviase.co.id/node/264846)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar